Thursday, August 21, 2008

I'm Working in NIAS

Ya'ahowu, (artinya salam, sama sperti Horas) saya masih ingat waktu itu 4 April 2008, hari yang menjadi awal pekerjaan saya diNias.Singkat cerita saya udah hampir 6 bulan tinggal di Nias, walau belum semua tempat saya kunjungi namun lumayan banyak hal menarik yang ingin saya ceritakan
Seperti orang kebanyakan saya sempat salah asumsi tentang Nias, terutama letak geografinya dengan Pulau Sumatra. tadinya saya bepikir Nias diujung Sumatra ternyata Nias terletak di bagian selatan P. Sumatra dan lebih dekat ke Medan daripada Banda Aceh
Menyusul bencana Tsunami 26 Desember 2004, gempa bumi dengan kekuatan ± 8.7 kalau ga salah tanggal 28 Maret 2005 terjadi di Nias sekaligus membuat fokus gelombang bantuan yang ada terbagi dua.

Kekuatan gempa seperti itu sudah pasti dapat meruntuhkan gedung yang besar sekalipun, demikian pula yang terjadi diNias cukup banyak gedung dan rumah yang roboh yang diikuti jatuhnya korban jiwa. Namun ada hal yang patut dicatat disini bahwa kerusakan akibat gempa lebih banyak terjadi didaerah kota dikarenakan banyak gedung dan rumah tembok yang roboh, sementara korban jiwa dan kerusakan diluar kota lebih sedikit karena kebanyakan struktur bangunan terdiri dari kayu.
Pulau Nias sendiri terdiri dari 2 daerah kabupaten yaitu Nias dan Nias Selatan, selain pulau Nias yang menjadi pusatnya masih ada beberapa pulau kecil lain yang masih termasuk dalam gugusan pulau nias seperti pulo. Telo, Bunga, Panjang, Asu, Bawa dan ratusan pulau kecil lain yang belum memiliki nama.
Asal usul masyarakat Nias menurut leluhur mereka turun dari langit, namun beberapa tokoh masyarakat meyakini leluhur mereka berasal dari bangsa Jepang dengan analisa bahwa : postur mereka rata – rata pendek – pendek, kulit rata - rata putih, mata sipit. Juga dengan bahasa mereka memiliki cirri yang sama dengan Jepang yaitu tidak ada huruf mati atau selalu diakhiri vocal pada akhir kalimat sebagai contoh makan mareka menyebut manga, saohagolo (terima kasih), daki – daki (hati – hati), yaahowu (selamat), hauga (berapa), Hadiah duria (apa khabar) dll sementara bahasa jepang sendiri seperti arigato (terima kasih), sayonara (selamat tinggal), sakurata (ga ada uang he..he). Demikian juga dengan nama2 tempat : Dahana Esiwa, Tuhemberua, Tete hosi, Gui – gui, Awa’ai, Hilisemaetane, Sorakhe, Bawonaua, Tohia dll. Demikian pula dalam hal prinsip hidup mereka lebih memilih mati daripada malu. Hal ini mereka yakini sama dengan bangsa jepang yang lebih suka bunuh diri (hara-kiri) demi harga diri.
Namun dalam hal adat istiadat masyarakat Nias memiliki nilai - nilai yang mirip masyarakat Indonesia kebanyakan terutama yang menganut paham paternalis atau mengikuti garis keturunan dari laki – laki, mereka juga mengenal mahar/mas kawin yang diNias sendiri dikenal dengan istilah Jujuran, demikian pula hewan adat seperti babi, kambing dan lain – lain.
Sedangkan sumber penghasilan masyarakat sehari – hari cukup beragam antara lain petani, nelayan pegawai dan pedagang yang memiliki konsentrasi wilayah masing – masing. Sedangkan penghasilan utama dari Nias adalah Karet dan kelapa diantara potensi – potensi lain yang masih butuh sentuhan tangan – tangan terampil seperti perikanan dan pariwisata.

Selain getaran gempa yang hampir terjadi 2 sampai 3 kali seminggu ada juga yang unik diNias ini adalah buah nanas dan pepaya yang punya ukuran super besar daripada buah nangka.

Seperti juga pulau lain diIndonesia, Nias punya keunikan dan keindahan tersendiri, rata – rata pantai diNias memiliki pemandangan dan ombak yang indah, sebut saja pantai lagundri,sorakhe,teluk bunda, carlita dan pantai2 lain yg terhampar spjg perjalanan dari pusatkota Gunungsitoli hingga pedalaman.

Ada pula sebuah tradisi lompat batu diNias yang sudah cukup keras gaungnya hingga ujung nuasantara. Dan masih banyak lagi hal – hal unik yang menjadi ciri khas Nias yang tak mampu saya sebutkan semuanya disini… so datang saja Ohya masih ada lagi, yaitu masyarakat di Nias ini cukup religius pemahaman dan sikap kehidupan mereka, terbukti walaupun terdiri dari komunitas yang heterogen tak pernah ada ketegangan ataupun pertikaian antar kelompok baik yang merupakan imbas dari luar Nias maupun dari dalam wilayah Nias sendiri. Masyarakat Nias sadar betul masing – masing mereka memiliki perbedaan latar belakang terutama agama namun tidak harus dibedakan karena perbedaan yang ada, justru dengan adanya perbedaan itu, bagaimana mereka bisa bersatu. Tidak ada kelompok yang mengklaim paling suci dan benar serta mengatasnamakan Tuhan, karena urusan ibadah Yang Maha Kuasalah yang berhak memutuskan. Tinggal bagaimana sesama mereka bisa hidup berdampingan dengan damai tanpa saling curiga.
Mungkin karena hal ini pula maka dibalik bencana ada berkat yang menjadi penghiburnya dimana saat ini ada cukup banyak sarana prasarana dibangun diNias ini. Seperti Jalan, Jembatan, rumah sakit, Pasar, sekolah dan lain – lain yang selanjutnya tinggal bagaimana Pemda memanfaatkan semuanya dengan semaksimal mungkin.
Disisi lain ada juga kelompok lain yang berpendapat biasa – biasa saja tentang berkat fisik bagi Nias ini, mereka berpendapat seharusnya dana trilyunan yang ada sebagiannya bisa fokuskan pada upaya membangun Nias bukan dalam arti fisik misalnya membangun ekonomi Nias dan membangun masyarakat Nias, sehingga menurut mereka setelah usainya bantuan inipun tidak akan ada perubahan yang significant. Bahkan kemungkinan akan ada peningkatan kriminalitas karena berkurangnya lapangan kerja dengan sangat drastic.
Namun apapun kondisi yang ada sekarang dan akan datang biarlah itu berasal dari masyarakat Nias dan akan kembali pula pada Nias.
Nah.. untuk melengkapi cerita tentang Nias silahkan menikmati foto dibawah ini :
Ya'ahowu.. sampae jumpa pada posting berikutnya..