Thursday, August 30, 2007

DIRGAHAYU HUT RI – 62


ADA APA DENGANMU

Usia 62 th bukan lagi usia yang muda, untuk ukuran manusia maka dia sudah berpikir tentang bagaimana generasinya dapat berkembang dan maju lebih baik.. sejauh mana nilai – nilai yang sempat digenerasikan, bagaimana generasinya bisa terlibat dalam membantu generasi yang lebih muda untuk mandiri dan lebih maju, Yang dipikirkan jauh kedepan lebih dari sekedar ‘’sembako’’

Begitu pula hal nya dengan RI kita,.. kalau kita boleh lihat Negara – Negara lain yang punya usia hampir sama dengan RI kita bahkan ada yang masih terhitung lebih mudah dari RI kita misalnya Malaysia, Thailand, Korea selatan, Jepang dan masih banyak contoh Negara lainnya. Sepertinya RI kita cukup jauh ketinggalan, padahal kalau dilihat luas wilayahnya tidak ada satupun dari mereka yang punya wilayah setengah dari RI, Kalau wilayah RI kita tarik garis lurus dari Sabang sampai Merauke maka panjangnya hampir sama dengan jarak dari Pakistan sampai Italy, belum lagi keliling garis pantainya, belum asset – asset potensi yang terkandung didalamnya termasuk potensi pariwisata yang bisa langsung dinikmati maupun yang masih butuh sentuhan tangan terampil. Indonesia jg adalah negara yang memiliki jumlah pantai terbanyak. Tapi sangat disayangkan begitu kita sadari besarnya asset kita begitu juga kita harus sadari besarnya utang Negara kita Indonesia tercinta. Memang kita belum bisa memastikan angka pastinya karena amat besar nilainya. Namun rasanya seperti berimbang bahkan sepertinya asset kita tak ada artinya dibanding hutang Negara kita yang begitu besar menurut sumber dari Kompas minggu kedua bulan ini nilai total hutang kita sebesar Rp. 1.333 Trilliun, cukup fantantis. Sementara pada pidato kenegaraan bapak Presiden kita bulan Agustus ini diketahui bahwa ada dana sebesar Rp. 95 trilliun total dana yang mengendap dibank pemerintah daerah dan ini adalah total dari asset seluruh pemerintah daerah. Sementara dikondisi lain banyak asset bangsa sangat memerlukan biaya untuk pengelolaanya.

Lebih jauh lagi mari kita coba sama - sama lihat kenyataan dan bandingkan 4 kota berikut yang punya contoh dan ukuran apa yang telah kita lakukan selama ini;

ada BATAM dipropinsi kepulauan RIAU, ada SHENZEN suatu wilayah seluas krg lbh 2000km2 dipropinsi Guangdong di China (kurun waktu 1979-1997), ada Dubai sebuah kota di Uni Emirat Arab (sejak 1985) dan akhir thn 2000 Chennai sebuah kota yang sebelumnya bernama Madras di India.
- Batam pernah ditetapkan sejak thn 1978 menjadi daerah Free trade Zone atau kawasan bebas ekonomi yang kita kenal dengan Kawasan Daerah Otoritas Batam, sejak itu Batam menjadi surga bagi investor dan mereka yg tukang belanja, karena para investor bak tsunami mendatangi daerah ini, Toko elektronik dan berbagai usaha menjamur harga produk didaerah ini pun menjadi lebih murah 40% dibanding Ibu kota. namun ganti Rezim ganti pula gaya sekarang kita boleh lihat seperti apa Batam..
- demikian pulah halnya dengan Shenzen, Dubai dan Chennai ketiga kota ini punya cerita dan perlakuan serta target yang sama dengan Batam, hanya berbeda dihasil akhir Batam grafiknya terpuruk kedasar sementara Ketiga kota lain tersebut meroket hingga sekarang hanya karena kebijakan yang berubah - rubah dari rezim.

Ada apa dibalik semua ini, dari segi waktu sudah lebih dari cukup, dalam hal pendidikan, sudah banyak Negara yang mulai membebaskan biaya pendidikan dasar bahkan sudah ada yang gratis sampai tingkat SLTA, sementara dinegeri kita untuk masuk SD saja sangat sulit, sampai bantuan dari luar negeri datang harus gagal karena tidak mengikuti mekanisme kulonuwun yang tepat, dilain pihak masyarakat akar rumput begitu antusias menyambut karena hampir pasti bantuan LSM seperti doa mereka yang terkabul. Masih ada 15th lagi (target MDG’s) untuk menghapus Buta Akasara diIndonesia akankah kemungkinan itu jadi kenyataan?

Kalau semua sector maju dibidangnya, tapi pada kenyataannya masyarakat akar rumput justru muncul korban, yang sebelumnya sudah susah tambah susah maka kira – kira apa yang jadi penyebabnya????

Secara pribadi saya berani mengatakan bahwa sebagian mental bangsa kita belum siap untuk maju secara bersama. Mungkin kalau maju secara individu itu mungkin, karena mungkin kita sebagai bangsa Indonesia paham semboyan Bhineka Tunggal Ika, namun bagaimana dengan penerapannya? Apakah ini juga berhubungan dengan rasa nasionalisme atau rasa egois kita? Mana yang lebih banyak dalam bangsa kita yang nasionalis atau yang egois berkedok nasionalias?

Menurut sejarah presiden Soekarno pernah mengatakan; Malaysia dan Negara – Negara lain diAsia merdeka karena diberi hadiah oleh kolonial, tapi kita merdeka bukan karena hadiah, kita merebutnya dari tangan mereka, dalam hal ini tulang kita lebih kuat dari pada Malaysia dan yang menerima hadiah kemerdekaan.. namun yang menjadi sorotan sekarang bagaimana setelah merdeka, tidak dapat dipungkiri bahwa penjajahan oleh belanda sekaligus pembodohan generasi, sedangkan penjajahan yang dilakukan oleh Inggris masih memberikan ruang terhadap tumbuhnya pendidikan, oleh karena itu jelaslah perbedaan mengapa waktu sebelum merdeka kita kencang namun setelah merdeka kita loyo..

Rusia butuh puluhan tahun untuk menata kembali ideologinya, Polandia perlu 10 thn berjuang dari komunis, Jerman Timur perlu 10 bulan untuk hancurkan tembok berlin. Jepang perlu 40 thn untuk bangkit dari puing – puing bom atom, China 2x jatuh dan 2x bangkit dalam jangka waktu setengah abad.

Mengapa semua orang mau dan suka datang ke Bali?

Karena Bali sangat internasional, justru karena tidak ada ciri internasionalnya, sebaliknya ciri khas bali yang kental.

seorang Arsitek A. M Pee mengatakan : the more you a nasional the more you will came internasional, makin nasional makin engkau internasional.

Tidak usah takut engkau mempunyai ciri khas sendiri dan tidak perlu cirri khas sendiri menjadi musuh daripada global, kedua cirri khas ini tentu saja bisa harmonis yaitu dengan menguatkan relasi antara yang besar dgn yang kecil , yang minor dengan yang mayor, yang global dengan yang lokal.

2400th yang lalu Plato :

Jika ada seseorang bisa mengetahui apa besar atau apa itu kecil, besarkan yang besar, kecilkan yang kecil, utamakan yang utama, tidak utamakan yang tidak utama, dan merealisasikan yang sama besar sama besar, kecil sama kecil, besar sama kecil aku akan ikut orang itu dibelakangnya sampai mati.

Pdt. DR. Steven Tong mengatakan dalam seminar Nasional dan Globalisasi bahwa apa yang dikutip dari Plato itu adalah sebuah Filsafat sesungguhnya untuk seluruh dunia, bukan untuk satu golongan masyarakat atau agama tertentu saja.

Satu Bangsa itu mempunyai cirri khas mencintai Bangsa sendiri kadang – kadang karena Bahasa, daerah, adat atau karena agamanya. Tapi justru Indonesia bukan hanya satu bangsa maka siapapun yang menjadi nasionalis diIndonesia seharusnya dia pun mempunyai jiwa internasional yaa karena Kalau Swiss itu adalah Negara yang bangsanya adalah bangsa Swiss. Tapi Indonesia adalah satu Negara yang bangsanya bukan hanya Jawa, Batak, Rote, Ambon tapi ada begitu banyak suku ethnic sehingga mau atau tidak Indonesia adalah PBB kecil, sehingga kalau Indonesia mempunyai seorang negarawan yang nasionalis yang betul – betul berjuwa besar dalam mengelola dan membuat bangsa ini penuh dengan damai maka semua pemimpin PBB harus belajar dari pemimpin Indonesia.

Jadi tidak ada salahnya engkau dilahirkan dari suku Ambon, Jawa , Batak atau manapun tapi jiwa kita haruslah melintasi keterikatan sebagai suku, adat ataupun kultur maka itulah yang disebut nasional berjiwa global bukan nasional secara sempit.

Walupun ciri khas tak bisa kita tolak.

Jadi kalau mau ditanyakan, negara mana sich lebih kaya dari Indonesia, negara mana lebih luas dari Indonesia, kalau Indonesia dikenakan embargo maka tak mungkin akan mati, karena apa?.. karena apapun ada disini mulai dari ikan sampai burung dari tambang sampai hasil bumi, apa saja ada. Sekali lagi kenapa kita masih mengalami kesulitan demi kesulitan dan kemiskinan silih berganti? Sekali lagi karena ada unsur kebencian satu sama lain masih ada didalam diri kita.

Menurut DR Steven Tong yang lahir pada tahun 1940 muncul dan jatuhnya sebuah negara ada dalilnya, kalau negara kita ini penuh dengan orang – orang yang berjiwa besar, jiwa penuh hormat pada Tuhan, penuh mengasihi pada rakyat, maka tak mungkin negara ini terlantar karena Tuhan pasti mengasihi negeri kita ini ,karena potensi kekayaan yang bukannya masuk kekantong – kantong yang nasionalis tapi ke mereka yang egois. Maka wajar kalau sekarang tidak ada kepercayaan dari Rakyat (When people no trust)

Kalau atasan beres tidak usah banyak perintah, pekerjaan pasti beres, tapi kalau atasan tidak beres perintah makin banyak maka perlawananpun makin banyak.

Jadi marilah kita berdoa semoga Tuhan memberikan orang patriotis yang memiliki jiwa merangkul seluruh umat manusia, seorang pemimpin yang humanis yang peduli akan hari depan semua suku dan semua kita diharapkan memprioritaskan kebahagiaan golongan diatas kepentingan pribadi.

Mantan President kita GusDur : Saya percaya, silent majority dari bangsa ini pasti menginginkan kedamaian, kemakmuran hidup berdampingan penuh toleransi tanpa adanya kekerasan.

Jangan lupa!! Group minoritas yang memperjuangkan bahaya bagi mayoritas dengan sendirinya minoritasnya dihapuskan. Dan group minoritas yang memperjuangkan bahagia bagi mayoritas dengan sendirinya akan diterima mayoritas dan akan menjadi lebih penting dari seluruh mayoritas.

2500 tahun yang lalu M.P Douglass dari Greika mengatakan : hanya 2 unsur yang merubah seluruh dunia ini. Unsure pertama mempersatukan, unsure yang kedua mencerai beraikan.

Unsure yang pertama disebut KASIH, Unsure yang kedua disebut BENCI

Jadi… siapa musuh kita sebenarnya?

Bukan seperti yang dikatakan manusia, Amerika mengatakan Rusia musuh, Rusia mengatakan sebaliknya, Islam mengatakan Kristen musuh dan sebaliknya itu SALAH BESAR !!! MUSUH KITA YANG SEBENARNYA ADALAH KEBENCIAN YANG ADA DALAM DIRI KITA SENDIRI.

DIRGAHAYU INDONESIAKU !!!


No comments: